Kamis, 24 Desember 2015

WAKTU

Ketika jenuh bercabang dan mengeruh, tak ayal membuat mengeluh
Rupa samar terlihat riuh, bernyanyi di sudut genting dinding sepi
Waktu memberikan ruang apa adanya,
Tinggal kita yang mengisi ruang tersebut dengan jutaan cerita..
Bisa terbesit melodi, maupun elegi
Memoar yang ada biarkan menjadi pemanis rasa
Mendewasakan, sekalipun hati jengah
Waktu titipkan berjuta mimpi tak bertepi
Tersiram hujan, dingin membeku.. terbakar matahari, panas dan perih..
Dunia memang unik, disapu butiran rintik-rintik
Memperlihatkan siapa yang bertahta, siapa yang tersiksa, bahkan siapa yang tertawa sambil menyiksa..
Tak ada waktu untuk menghitung waktu satu per satu
Karena hal manis bisa berubah menjadi sarkatis, sederhana bisa berubah menjadi rumit..
Seperti kita, mendayung satu arah namun beda nahkoda
Kau merasuk melalui utara, aku menyelinap melalui tenggara, tak sama..
Waktu ini menyebar bunga, harum membisu bagaikan candu
Bunga yang kita petik bersama, namun tertinggal di tepi sungai yang berbeda
Ku sarankan agar kau tuliskan saja apa yang ada di fikiranmu, lalu bacakan di tengah keheningan subuh..
Karena aku akan ada disitu, mendengarkan kamu, sekaligus merindu..

Selasa, 22 Desember 2015

IMAJI

Amarah tak berarti jika dalam ruang hampa
Melayang bak anai-anai berterbangan, terhirup udara ringan..
Berlari ke arah mana pun tak pasti mengisi
Berjalan pelan pun bukan jaminan berseri
Aku, dan kita bersimpuh di pertengahan
Bernafas teduh, hirup dalam-dalam melodi kenangan
Bukan sajak lirih, hanya perumpamaan
Kalau saja api berkawan dengan air, mungkin tak kan ada benci berbalut dilubuk hati
Menari sendu bersama langit biru, kau pun tak tahu..
Memang hanya laut yang mau diam meski berpeluh, hanya angin yang mau melayang meski tak berbayang..
Dua gugusan rindang menghampiri dan menggelitiki jiwa
Aku bukan sedang bercinta, hanya mencoba untuk mengerti apa itu rasa
Rasa yang sebenarnya rasa,
Yang tak dapat terimajikan sekalipun dengan warna..
Bukan sedang menyulam juga, hanya mencoba untuk menjahit apa itu luka
Luka yang sebenarnya luka,
Yang tak perlu dirasa sekalipun oleh tubuhmu saja,
Yang kini membiru di pelukanku.. membiru menahan rindu..

Minggu, 20 Desember 2015

DOSA & WANITA

Anggun terpaku menunggu waktu berputar
Duduk manis melakoni sandiwara, hingar binar
Gugusan pelangi pun tersenyum, biarkan saja ia berjalan,
Menelusuri cakrawala dunia yang berbulir bahagia atau air mata
Aku tak peduli.. pikirnya..
Wanita berjalan menghadapi kenangan, wanita berlari menghadapi  kenyataan
Wanita tertawa puas merasakan dosa,
Karena memang iblis menyukai jalan sucinya wanita..
Terhitung jari bagi mereka yang sujud di keheningan malam dan lirih
Merintih perih di keheningan diri,
Wanita dan dosa, ataukah dosa dan wanita?
Aku tak peduli.. pikirnya..
Ragu berpadu satu menuju jiwa, wanita..
Disaat cinta ia merona, disaat terluka ia meronta
Matahari tak kunjung menyinari, namun bulan bersaksi di peraduan
Untuk hidup penuh warna dari buku cerita,
Mimpi mimpi meski berpeluh
Wanita dan dosa, ataukah dosa dan wanita?
Menghirup nafsu diri bersama sedu sedan, mengutuk diri bagaikan tak berarti
Dunia memang indah dan ia pun menjadi durjana..
Biarkan saja... lupakan saja...
Eloknya misteri takkan tercipta begitu saja, atau berlalu tak berguna.

Jumat, 18 Desember 2015

TAK BERJUDUL

Satu aku, menyatu sendu..
Berpudar cahaya layaknya jingga
Jika aku bicara dan menatap wajah
Gugusan bulir itu kembali bak tertawa
Tertawakan aku dalam bisu
Ruang waktu bergulir menderu..

Aku pernah bercerita tentang suka duka
Membias rupawan hingga buat ku terpesona
Suka dalam air mata, duka dalam tawa..
Berbalik dan meringkuk riang meski penuh tanda tanya..
Cerita yg bagaimana?
Hingga terluka pun tetap saja bertahta

Biarkan diri ini berlari,
Mengejar puing dan apa yang mesti diraih
Menyapa bayangku yang sedari dini diam meski aku terbakar geram..
Biarkan hati ini bersua,
Dengan apa yang tertutup tirai berkaca
Aku kan mengerti meski jalan kita berada di persimpangan
Aku kan pahami meski ombak mengalir bak nada dan alunan..

Jumat, 11 Desember 2015

SAJAK


Telah hadir dan tertakdir,
Menjamah bulan dan bertiup ringan..
Seiringan aku memuja sebuah bayangan..
Bodohnya kita adalah menjadikan ilusi sebagai teman.
Untuk apa?
Tak ada bergunanya hidup di dasar mimpi.
Yang berbatas karang terjal tak bersemi.
Aku, dan kita, sama sama terpatri.
Pada sekelebat ruam yang menyuatkan rasa, menghadirkan aroma sejuk menghantar ke jiwa
Kalau kau tahu dan hati berkenan bicara, bolehkah kita bercerita?
Agar benang kusut menjadi lurus, meski hanya dalam onggokan replika.
Sedikit ku terima, akan apa apa yang menjadi nyata.
Sedikit ku tertawa, meski tak selamanya keindahan menjanjikan secercah asa.
Adakah yang ingin menjalang?
Menelusuri tabiat misteri, meski harus nantinya terbuang..
Jika hidup hanya sebatas hidup,
Untuk apa engkau hidup?

PERTEMUAN

Aku pernah bertemu ego, lalu ego menampar ku jauh menuju kegelapan..
Ruang sempit yang menghimpit, bersama tarian indah, riuh, namun luka menggigit.
Tak pernah dan tak mungkin ego menghasilkan bahagia, yang ada hanya bulir-bulir pedih bersemayam dalam..

Aku pernah bertemu malu, lalu malu membawaku menuju satu waktu.
Dimana ku tersiksa meronta sendiri, mengharap selembar daun hijau gugur tanpa lewatnya hembusan angin.
Tak terjamah namun tersiksa, malu membuat ku memahami apa arti kata dan bicara.

Aku pernah bertemu diam, lalu diam menghantarku menuju sungai lembut di ujung senja.
Hening dan putih,
duduk menanti rupa sang terkasih
Namun diam juga memberiku arti, arti misteri berkedok elegi.
Tidak ada yang berkata diam itu indah, namun tidak juga ada yang berkata diam itu murka.
Dunia memiliki porsi sewajarnya, selayaknya diam membuat segalanya terlihat jelas oleh mata..

Aku juga pernah bertemu luka, yang terlalu luas untuk dijabarkan, terlalu ironi untuk dirasakan, dan terlalu naif untuk dijadikan patokan.
Berdamai dengan luka adalah sebuah keniscayaan.
Tak kan ada rupa bahagia tanpa terjadi lembar cerita bersama goresan luka.
Terlalu luas untuk dijabarkan karena dunia ini penuh dengan luka, terlalu ironi untuk dijabarkan karena luka bukanlah sekedar kata ‘luka’, terlalu naif untuk dijadikan patokan karena hidup adalah untuk suatu masa..
Biar perih, luka pasti terobati. Meski berbekas, setidaknya tak kan menjadi ampas.

Dan pada akhirnya aku bertemu cinta, lalu cinta membawaku terbang menyusuri nirwana.
Menghirup udara cinta adam & hawa yang sejuk nan menggoda, namun kadang terkilir untuk sekedar merasakan ironi romeo ketika ditinggal juliet, pujaannya.
Gugusan mimpi tak bertepi, cinta hadir berbalut tragedi.
Namun cinta tetaplah cinta, yang hadir untuk menjadi kenangan atau pesakitan.
Aku pernah merasakan semua..
Goretan semu atau tawa, itu sama saja.
Karena nada takkan pernah berubah dari masa ke masa, dan puisi tak kan berhenti menggelitiki hati.
Karena rasa takkan pernah tergoyah dari hijau menjadi merah, atau biru menjadi kelabu..
Semuanya indah di dalam pertemuan nyata..

Senin, 07 Desember 2015

Ego Wanita

Gugusan bening ku sentuh
Indah, bersih, suci..
Sedikit merebak wangi ranum nya
Tuhan tau aku tahu,
Memalu disudut rindu,
Guratan takdir tak bisa ku jamah
Berbicara dan berkata sahaja
Cinta dan luka satu rasanya
Berdinding riuh namun terkadang tak bergeming
Berkaca satu seperti air bening
Jangan tanya mengapa,
Karena dua jiwa tak kan pernah bersapa ketika ego bertahta..
Mengetuk hati yg sedari dulu bersulang
Sulang indah nan lara
Aku masih bercerita dengan nada yg sama
Menunggu diam bagi siapa yang meraja
Tak ku butuh sosok rupawan namun lemah
Yang ku butuh hanyalah jiwa
Yang siap hidup bersama, mati bersama..

Sabtu, 05 Desember 2015

You

Hey kamu,
Taukah bahwa pelangi ada diantara dua dari kita?
Warnamu membias di angkasa dan terluka dalam hilangnya hayalan..
Menerobos masuk menuju hati,
Tuk sekedar pastikan lautan diri,
Hey kamu,
Taukah bahwa aku selalu terpikat pada setiap sudut lengkung wajahmu?
Memaksaku memperkosa jiwa dengan segala bulir bulir cinta..
Membaca warna hati yg kini selalu dipenuhi warna pink muda..
Hey kamu,
Bukan ku tak mau mencari celah baru,
Namun bagiku kau sudah lebih dari yg terbayang..
Lebih indah dan tertata,
Berelokkan misteri, terkadang tawa..
Itulah kamu..
Yg selalu turun menyapa hatiku, setiap waktu
Yg selalu siap mendera batinku ketika sudut kalbu mulai merayu..
Yg terkadang menyebalkan namun lebih dituntut untuk dirindukan..
Hey kamu, lelaki pebertahan-ku,
Cinta mungkin belum terjelas diantara kita
Namun ku rasa ini lebih dari cinta
Karena darimu ku dapatkan buku yg baru
Buku yg akan selalu ku simpan di palung jiwaku

Selasa, 01 Desember 2015

Malu

Apa yang terjadi?
Aku kembali menjatuhkan hati ini
Kepada sosok yg sama dan selalu hampiri
Berharap secercah kesemuan kan berganti

Apa yang terjadi?
Aku mendapati hati ini berbicara lirih
Tentang cinta, asa, dan ruang tanya
Tanya mengapa bisa tercipta?
Terlalu banyak tanda tanya

Apa yang sedang ku rasa ini?
dingin berganti ke musim semi
Gugurkan sisa keping yg masih mewangi
Dan menyisakan harap, bercucuran misteri

Aku jatuh hati kepada hati yg bernyanyi
Di sudut ruang kita bercengkrama dunia
Aku merona malu menahan rindu
Tumpukkan sisa sendu, kalbu..