Senin, 04 Januari 2016

MENCINTAI WANITA BERISI

Sekarang, mencintai memiliki porsi sendiri. Terdapat spasi, namun tak jarang roti berisi gulali. Mengapa harus roti? Karena empuk kah? Dan mengapa harus gulali? Apakah hanya rasa manis yang bisa dijadikan buku pelajaran? Itulah manusia, bermain di batas alam kewajaran yang selalu diwajarkan. Merubah pola pikir menjadi pinggiran ruang yang terkikis. Terkapar tak berdaya, sembari mencintai apa yang bersungut ceria.
Lekukan menggoda teruslah menggoda, ia tak kan berubah menjadi sebongkah batu biasa atau secarik kertas hampa. Berlian tetaplah berlian, dimata mereka. Mencintai dari sisi yang berisi, menggilai dari sudut yang membuat bulu kuduk merinding. Apakah itu? Cinta kah? Sedangkan nafas memburu liar bersama dengan malam temaram, aku masih bisa melihat apa itu nyata apa itu retorika. Aku belajar untuk pandai menempatkan diri di ruang yang semestinya. Bermetafora bersama kesederhanaan lingkungan, meraup untung dari cinta cinta wanita berisi. Definisi berisi yang hanya berarti mengisi..
Dan tirai malam yang dingin datang, aku dengar berbagai lolongan penikmat juga datang. Menyelinap, memangsa, menyiksa, menyantap habis cinta dan air mata. Masih mengenai hati, karena korelasi nya yang tak mungkin putus meski harapan yang seujung kuku lagi pupus. Duhai angin, inikah kekosongan yang terpelanting? Di hadapanku berdiri berjuta juta keping janji, mengiba dan terus merayu sendu akan cinta yang berisi dan berbahaya racunnya. Duhai gunung dan laut, taukah kamu apakah ini sejatinya kesejukan? Membasahi sekaligus menjamahi, menelanjangi segala sudut-sudut yang berisi suci.


Apakah tak ada tempat untukku menceritakan cinta yang sesungguhnya? Cinta yang tak perlu berteriak nikmat namun tetap terasa hebat berkelebat? Aku ingin mengatakan, masih ada hati yang lebih menggoda daripada hanya seonggok diri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar